Memasang Ikon Elementary di Debian

Biasanya saya tidak terkesan dengan blog yang memiliki fitur pemutar lagu, apalagi jika lagu tersebut otomatis dimainkan ketika blog dibuka. Namun bukan berarti menyertakan lagu atau berkas audio adalah hal tabu dalam blogging, hanya saja jika penempatan dan penggunaannya tidak bijak malah membuat blog terkesan norak.
Sekian lama blogging, jarang sekali atau mungkin tidak pernah saya merasakan perlu untuk memasang berkas audio di artikel blog. Sampai saat menulis artikel Mengamankan Akun Telegram, baru merasakan kebingungan bagaimana untuk menyisipkan berkas audio ke dalam artikel agar bisa langsung didengarkan oleh pembaca.
Baca juga: Mengamankan Akun Telegram
Berbagai panduan dirasa menunjukkan cara-cara yang rumit dan merepotkan. Misalnya mesti menggunakan layanan Google Sites, Soundcloud dan lainnya. Saya menggunakan sarana blog dari Blogger justru karena mengincar kemudahan layanan yang berpusat di satu tempat. Dengan Blogger, saya tidak perlu lagi memusingkan kesediaan server, CMS apa yang digunakan, di mana menyimpan gambar, bagaimana perihal komentar dan lain sebagainya. Jadi kini saya berusaha sekira mampu menghindari untuk menyimpan berkas penunjang blog di banyak tempat.
Seiring musim hujan di akhir tahun, ternyata bukan hanya cendawan yang banyak tumbuh, melainkan juga penipuan di dunia perpesanan Telegram. Seperti apa gerangan modus operandi penipuan di Telegram tersebut? Mari kita simak rekaman berikut.
Rekaman seseorang yang berusaha mendapatkan kode otentikasi dengan mengaku sebagai petugas dari Telegram.
Sumber: R. Hidayat.
Apa yang Anda dengar dari rekaman tersebut adalah upaya seseorang (kita sebut saja namanya si Ontohod) yang berusaha mengelabui seorang pemiliki akun Telegram (kita sebut si Kabayan) untuk memberikan kode otentikasi untuk login. Agar skenario dalam rekaman tersebut terjadi, si Ontohod pastinya telah memiliki nomor telepon si Kabayan. Sambil melakukan login ke akun si Kabayan, si Ontohod pun menghubungi si Kabayan dengan mengaku sebagai pihak dari Telegram, dan dengan berbagai alasan, berusaha mendapatkan kode otentikasi yang tentunya dikirim Telegram ke nomor telpon si Kabayan.
Andai si Kabayan memberikan kode otentikasi tersebut, maka game over.
Hmmm, bukankah kita bisa memaksa logout semua remote login selain di hape kita?
Betul! Jika kita menyadari apa yang tengah terjadi. Namun, kenyataan ada orang yang memberikan kode otentikasi ke orang yang mengaku dari pihak Telegram memberikan gambaran bahwa tidak banyak yang menyadari fitur tersebut.
Selama kita memiliki nomor yang kita daftarkan ke Telegram, si penipu tidak akan bisa mengambil alih akun. Namun ketika dia berhasil masuk ke akun kita, segala kemungkinan bisa terjadi. Misal, yang kemarin ramai dibincangkan, katanya ada seseorang yang menjadi agen pulsa dan dikelabui dengan cara ini, alhasil si penipu bisa menguras deposit pulsa dengan melakukan transaksi melalui akun Telegram yang berhasil dibajaknya. Untuk diketahui, kini banyak agen pulsa yang menyediakan layanan transaksi melalui Telegram.
Nah, sebagai pengguna setia Telegram, hal-hal seperti di atas ini membuat ngenes. Orang-orang dasarnya enggan memakai Telegram karena; "Ah, ga punya temen di Telegram.", atau "Wah, aplikasi teroris itu ya?". Dan jangan sampai kini timbul anggapan; "Ogah, katanya rawan penipuan ya?".
Karena itulah di bawah ini saya tuliskan kiat-kiat untuk mengamankan akun Telegram agar kita lebih aman dan nyaman dalam bertelegram.
Ada banyak alasan untuk memiliki dan menggunakan banyak akun di Telegram. Misal untuk memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, atau ingin memiliki akun anon agar kita bebas mengeluarkan pendapat tanpa harus khawatir ada benang merah yang menghubungkan akun Telegram dengan pribadi kita di dunia nyata.
Doxing di dunia maya itu benar adanya, dan pemicunya seringkali hanyalah hal yang remeh. Bayangkan jika entah karena apa sebabnya dan siapa orangnya, ada akun yang menggunakan nama dan foto Anda di Telegram. Ini tentunya mengkhawatirkan, karena jika ada orang yang mengenal Anda di dunia nyata dan mendapati akun tersebut posting hal yang negatif, tentunya dia akan menyangka bahwa Andalah yang melakukannya. Hal ini kemungkinan besar akan berimbas negatif pada kehidupan Anda. Maklumlah, check and re-check hanya ada di atas kertas. Berita hoax pun orang telan mentah-mentah, tentunya mereka tidak akan meragukan kesahihan postingan dari akun dengan nama dan foto yang mereka kenal di dunia nyata.
Demikian sekapur sirih pembuka sebelum saya menjabarkan bagaimana menjalankan banyak akun Telegram di Android dan di komputer. Sekedar mengingatkan bahwa memiliki banyak akun Telegram itu bukan hal jelek dan kadang memang diperlukan. Untuk langkah demi langkahnya bisa disimak pada uraian di bawah ini.
Saya selalu menggunakan Firefox. Setidaknya untuk di komputer, hampir dipastikan selalu menggunakan Firefox. Lain cerita jika di Android; Opera Mini masih belum tergantikan meski kini juga mulai mencoba membiasakan memakai Firefox Mobile. Saya menggunakan Firefox karena fitur addons-nya, dan juga semangatnya dalam menegakkan keterbukaan internet.
Sejujurnya pribadi ini kurang paham mengapa banyak orang tidak menyukai Firefox dan lebih menyenangi Google Chrome. Apakah karena tidak sengaja mengklik tombol unduh pada iklan Google Chrome yang selalu muncul pada laman pencarian Google, ataukah hal lainnya.
Dan yang terbayang dalam benak ini mengenai Google Chrome adalah ia rakus sumber daya dan minim privacy. Mereka bilang Chrome bagus untuk web development, but I'm not a web developer. Mereka juga bilang Chrome jauh lebih kencang dibanding Firefox. Sejujurnya saya tidak bisa membuktikan klaim ini karena hampir tidak pernah menggunakan Chrome, dan sejauh ini kinerja Firefox cukup memuaskan. Dan mereka bilang situs yang penting bagi mereka hanya bisa lancar dibuka memakai Chrome. Yeah, eat that shit, sejatinya kita kini kembali ke zaman ketika Internet Explorer meraja dan mayoritas situs hanya lancar dibuka melalui Internet Explorer. Bedanya sekarang Chrome-lah yang menjadi raja.
Semua berubah terkecuali perubahan itu sendiri. Beruntung, sejauh ini Firefox tidak melakukan hal-hal konyol untuk menyikapi perubahan di kancah browser, namun lebih memilih untuk meningkatkan kinerja perambannya. Seperti yang mereka lakukan baru-baru ini; merilis Firefox Quantum, sebuah peramban yang dalam banyak hal merupakan peningkatan dari rilis-rilis Firefox sebelumnya.
Semoga masih segar dalam ingatan Anda tulisan saya tentang Menggunakan Google Search, Google Site Search, dan Google News dari Dalam Terminal. Kini, saya akan mengupas layanan yang umumnya hanya bisa diakses melalui peramban; penerjemah.
Setidaknya ada tiga layanan penerjemah besar yang saya ketahui; Google Translate, Bing Translator dan Yandex.Translate. Sejauh yang saya ketahui, ketiganya memerlukan akses menggunakan peramban. Mungkin ada juka aplikasi untuk Android-nya, namun umumnya berupa wrapper untuk versi web-nya.
Nah, kini kita akan mempelajari bagaimana mengakses layanan-layanan tersebut menggunakan baris perintah.
What with you and this command line obsessions?
Ini bukan obsesi sih, cuma memang dalam banyak kesempatan saya lebih memilih menggunakan perkakas yang berjalan dalam terminal dibandingkan menggunakan perkakas berantar-muka grafis (GUI). Terlebih, tren aplikasi GUI sekarang semakin tidak memuaskan. Ya, misalnya saja aplikasi berdasar electron. Untuk menulis teks saja kini butuh ratusan megabyte RAM dan prosesor berinti banyak. Jika menilik perkembangan yang seperti ini, jangan kaget jika di masa depan walau prosesor komputer 12GHz berinti 17 dan RAM 1TB namun pengalaman berkomputasinya tidak lebih baik dari keadaan sekarang. Ya karena nanti muncul electron-electron lain yang lebih rakus.
Yeah, that's my personal opinion. Jadi kita pinggirkan dulu sebentar dan mulai membahas cara mengakses layanan penerjemah Google, Bing dan Yandex menggunakan baris perintah.
Bagaimana caranya?
Blog berisi informasi seputar teknologi informasi dan dunia pendidikan.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Integer posuere erat a ante.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Integer posuere erat a ante.
Etiam porta sem malesuada magna mollis euismod. Cras mattis consectetur purus sit amet fermentum. Aenean lacinia bibendum nulla sed consectetur.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Integer posuere erat a ante.
Bootsblogger is open source. It's hosted, developed, and maintained on GitHub.
GitHub